Jumat, 08 Oktober 2010

The Deanship of Alum Studies at King Fahd University of Petroleum and Minerals (KFUPM), Saudi Arabia

The Deanship of Alum Studies at King Fahd University of Petroleum and Minerals (KFUPM), Saudi Arabia

Job description: The Deanship of Alum Studies at King Fahd University of Petroleum and Minerals (KFUPM) is admiring to allure your absorption that appliance to Alum Studies at KFUPM is now accessible online on the articulation http://www.kfupm.edu.sa/gs/preonline.asp until October 29, 2010. KFUPM provides abounding MS and PhD scholarships for acclaimed alum applicants who authenticate aerial abeyant for administering aboriginal analysis in the fields of Engineering, Sciences and Business.

Distinguished Affiliation of KFUPM with All-embracing Institutions

KFUPM has actual able collaborative affiliation on administering avant-garde analysis with the afterward all-embracing institutions:

* MIT: Clean Water and Clean Energy research.

* Stanford University: Oil and Gas research.

* California Institute of Technology (Caltech): Refining and Petrochemicals research.

* Cambridge University: Oil and Gas research.

* KAUST: Many analysis disciplines.

* Saudi Aramco (the better oil aggregation worldwide): Many analysis disciplines.

* SABIC (the 5th petrochemical aggregation worldwide): Petrochemical research.

Centers for Analysis Arete at KFUPM

To accommodate acute abutment for analysis in areas of excellence, KFUPM has accustomed the afterward Centers for Analysis Excellence, in which alum acceptance can conduct their research:

* KFUPM-MIT Collaboration Center on Clean Water and Clean Energy.

* National Center of Arete on Nanotechnology.

* National Center of Arete on Renewable Energy.

* National Center of Arete on Refining and Petrochemicals.

* National Center of Arete on Corrosion.

Minggu, 07 September 2008

askep amputasi

AMPUTASI

Pengertian Amputasi

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.

Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.


Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi

Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :

  1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.

  2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.

  3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.

  4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.

  5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.

  6. Deformitas organ.


Jenis Amputasi

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

  1. amputasi selektif/terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir

  1. amputasi akibat trauma

Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.

  1. amputasi darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

Jenis amputasi yang dikenal adalah :

  1. amputasi terbuka

  2. amputasi tertutup.

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.

Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).

Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.


Manajemen Keperawatan

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.

  1. Pre Operatif

Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.

Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.



Pengkajian Riwayat Kesehatan

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.


Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.

Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

SISTEM TUBUH

KEGIATAN

Integumen :

Kulit secara umum.

Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.

Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.

Sistem Cardiovaskuler :

Cardiac reserve

Pembuluh darah

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.

Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi

Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem Urinari

Mengkaji jumlah urine 24 jam.

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit

Mengkaji tingkat hidrasi.

Memonitor intake dan output cairan.

Sistem Neurologis

Mengkaji tingkat kesadaran klien.

Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem Mukuloskeletal

Mengkaji kemampuan otot kontralateral.




Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.

Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.

Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.

Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.


Laboratorik

Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.




Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan

Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul antara lain :

  1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.

Karakteristik penentu :

  • Mengungkapkan rasa tajut akan pembedahan.

  • Menyatakan kurang pemahaman.

  • Meminta informasi.

Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang.

Kriteria evaluasi :

  • Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.

  • Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.

INTERVENSI

RASIONAL

Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.


Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya.


Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien.

Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.


Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien.


Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat.


  1. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi.

Karakteristik penentu :

  • Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.

  • Takut kecacatan.

  • Rendah diri, menarik diri.

Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.

Kriteria evaluasi :

  • mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.

  • Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yangbaru.

INTERVENSI

RASIONAL

Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup.


Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi.


Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah.


Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi.

Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.


Membantu klien mengapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi.


Meningkatkan dukungan mental.







Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri.


Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara lain :

  • Mengatasi nyeri

  • Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri.

  • Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.

  • Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese.

  • Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif

  • Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk mencegah kontraktur.

  • Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki ( yang sehat ), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.

  • Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.

  • Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan

  • Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.

  • Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu ( karena tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka ).

  • Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.

  • Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.


  1. Intra Operatif

Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.

Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif.

Makalah ini tidak membahas secara detail kegiatan intraoperasi.


  1. Post Operatif

Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.

Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.

Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain adalah :

  1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi

Karakteristik penentu :

  • Menyatakan nyeri.

  • Merintih, meringis.

Tujuan : nyeri hilang / berkurang.

Kriteria evaluasi :

  • Menyatakan nyeri hilang.

  • Ekspresi wajah rileks.

INTERVENSI

RASIONAL

Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. Bila terjadi nyeri panthom limb




Beri analgesik ( kolaboratif ).


Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan.

Sensasi panthom limb memerlukan waktu yang lama untuk sembuh daripada nyeri akibat insisi.

Klien sering bingung membedakan nyeri insisi dengan nyeri panthom limb.


Untuk menghilangkan nyeri


Mengurangi nyeri akibat nyeri panthom limb


  1. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi

Karakteristik penentu :

  • Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.

  • Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.

  • Depresi.

Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.

Kriteria evaluasi :

  • Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.

  • Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.

INTERVENSI

RASIONAL

Validasi masalah yang dialami klien.


Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan putung :

  • Perawatan luka.

  • Mandi.

  • Menggunakan pakaian.


Berikan dukungan moral.


Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri.

Meninjau perkembangan klien.


Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh.






Meningkatkan status mental klien.


Memfasilitasi penerimaan terhadap diri.


  1. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan dengan amputasi

Karakteristik penentu :

  • Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.

Tujuan : tidak terjadi komplikasi.

Kriteria evaluasi : tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.

INTERVENSI

RASIONAL

Infeksi

Lakukan perawatan luka adekuat.


Mencegah terjadinya infeksi.

Perdarahan

Pantau :

-Masukan dan pengeluaran cairan.


- Tanda-tanda vital tiap 4 jam.


- Kondisi balutan tiap 4-8 jam.



Menghindari resiko kehilangan cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada daerah amputasi.


Sebagai monitor status hemodinamik


Indikator adanya perdaraham masif


Emboli lemak

Monitor pernafasan.



Persiapkan oksigen



Pertahankan posisi flower atau tetap tirah baring selama beberapa waktu


Memantau tanda emboli lemak sedini mungkin


Untuk mempercepat tindakan bila sewaktu-waktu dperlukan untuk tindakan yang cepat.


Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan atau memudahkan pernafasan.


Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :

  • Melakukan perawatan luka postoperasi

  • Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.

  • Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese yang digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan –1 tahun).

  • Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri

  • Memberi dukungan psikologis.

  • Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.

  • Mencegah kontraktur

  • Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.

  • Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya kontraktur.

  • Aktivitas perawatan diri

  • Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).

  • Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.

  • Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.

  • Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.

  • Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.



Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.

Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.(anas)

REFERENSI

Engram, Barbara ( 1999 ), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi Indonesia, EGC, Jakarta.


Brunner, Lillian S; Suddarth, Doris S ( 1986 ), Manual of Nursing Practice, 4th edition, J.B. Lippincott Co. Philadelphia.


Kozier, erb; Oliveri ( 1991 ), Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice, Addison-Wesley Co. California.


Reksoprodjo, S; dkk ( 1995 ), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

from: ilmukeperawatan.com

Minggu, 20 Juli 2008

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA



PENGERTIAN

Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.(Mizieviez).


ETIOLOGI

  1. Faktor imunologi

  2. Faktor bakteriologi

  3. Faktor lain seperti : NSAID ( aspirin ), merokok, alkohol, kafein, stres/ ansietas, refluk usus-lambung, bahan kimia


TANDA DAN GEJALA

Nyeri epigastrium yang tidak hebat, nyeri tekan pada epigastrium, mual, muntah anoreksia, muntah darah bila berat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

  1. Endoskopi

  2. Biopsi mukosa lambung

  3. Analisa cairan lambung

  4. Pemeriksaan barium

  5. Radiologi abdomen

  6. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah

  7. Feces bila melena

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GASTRITIS DI RUMAH SAKIT


A.PENGKAJIAN

  1. Riwayat atau adanya faktor resiko

  • Riwayat garis perama keluarga tentang gastritis

  • Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung

  • Perokok berat

  • Pemajanan pada stres emosi kronis

  1. Pengkajian fisik

  • Nyeri epigastrik. Nyeri terjadi 2 – 3 setelah makan dan sering disertai dengan mual dan muntah. Nyeri sering digambarkan sebagai tumpul, sakit, atau rasa terbakar, sering hilang dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stres emosi.

  • Penurunan berat badan

  • Perdarahan sebagai hematemesis dan melena bila berat

  1. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam perawatan dirumah sakit

  2. Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif

  3. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkanstres dan persepsi tentang dampak penyakit pada gaya hidup


B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Nyeri Akut /kronis b/d peningkatan lesi skunder terhadap peningkatan sekresi gastik

  2. Resiko peningkatan inefektif regimen terapeutik yang b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit, kontra indikasi, tanda dan gejala, komplikasi, dan program pengobatan

  3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa tidak nyaman setelah makan , anoreksia, mual, muntah


C.RENCANA KEPERAWATAN

  • Dx/ Kep. 1.

  • Kriteria klien akan :

  1. Melaporkan gejala ketidaknyamanan dengan segera

  2. Mengungkapkan peningkatan rasa nyaman dalam respon terhadap rencana pengobatan

  • Intervensi

  1. Jelaskan hubungan antara sekresi asam hidroklorit dan awitan nyeri

  2. Berikan antasida, antikolinergik, sukralfat, bloker H2 sesuai pesanan

  3. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan istirahat dan rileks

  4. Bantu klien untuk mengidentifikasi subtansi pengiritasi misalnya makanan gorengan, pedas, kopi

  5. Ajarkan tehnik diversional untuk reduksi stres dan penghilang nyeri

  6. Nasehati klien untuk menghindari merokok dan penggunaan alkohol

  7. Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang mengandungkafein, bila ada indikasi

  8. Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisal kecuali bila dianjurkan dokter

  9. Ajarkan klien tentang pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan saat tidak nyeri sekalipun


  • Dx/ Kep. 2.

  • Kriteria : Berkaitan dengan perencanaan pemulangan, rujuk pada rencana pemulangan

  • Intervensi:

  1. Jelaskan patofisiologi penyakit gastritis menggunakan terminologi dan media yang tepat untuk tingkat pengetahuan klien dan keluarga

  2. Jelasskan perilaku yang dapat diubah atau dihilangkan untuk mengurangi resiko kekambuhan:

  1. penggunaan tembakau,

  2. masukan alkohol berlebihan,

  3. makanan dan minuman yang mengandung kafein,

  4. jumlah besar produk yang mengandung susu.

  1. Jika klien dipulangkan dengan terapi antasid, ajarkan hal-hal berikut:

  1. kunyah tablet dengan baik dan minum segelas air, untuk meningkatkan absorbsi

  2. minum antasid 1 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan lambung

  3. berbaring selama 1/2 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan lambung

  4. Hindari antasid tinggi natrium ( misal: gelusil, amphojel, mylanta ), masukan natrium berlebuhan memperberat rettensi cairan dan meningkatkan takanan darah

  1. Diskusikan tentang pengobatan lanjut bahkan saat tidak ada gejala

  2. Instruksikan klien dan keluarga untuk memperhatikan dan melaporkan gejala ini :

  • Feces merah / hitam

  • Muntahan berdarah / hitam

  • Nyeri epigastrik menetap

  • Nyeri abdomen berat dan tiba-tiba

  • Konstipasi

  • Mual dan muntah menetap

  • Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya

  1. Rujuk ke sumber komunitas, bila ada indikasi( misal : program penghentian merokok, minum alkohol, penatalaksanaan stres)

  • Dx/ Kep. 3.

  • Kriteria: mempertahankan masukan makanan yang adekuat

  • Intervensi:

  1. Kaji status nutrisi pasien: diit, pola makan, makanan yang dapat menjadi pencetus rasa nyeri

  2. Kaji riwayat pengobatan pasien: aspirin, steroid, vasopresin

  3. Pantau tanda-tanda vital / 4 jam

  4. Pantau masukan dan haluaran

  5. Pertahankan lingkungan tampa stres

  6. Berikan diit dalam jumlah kecil dan sering

  7. Pantau keefektifan / efek samping obat


DAFTAR PUSTAKA

  1. Darmojo R.B, Martono H, (2000), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI, Jakarta

  1. Price SA, Lorraine M, (1995), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Edisi IV, EGC, Jakarta

  1. Mansjoer a,dkk,(1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media Euskulapius FKUI, Jakarta

  1. Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta

  1. FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta

  2. Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta

  1. Engram B, (2000), Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC, Jakarta

  1. Tuker SM et al, (1992),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta

  1. Suparman dkk, (1990), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

form = ilmukeperawatan.com